Padang – PT Pelabuhan Tanjung Priok atau PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur yang merupakan Pelabuhan strategis di Sumatera Barat, memperkuat perannya dalam mendukung aktivitas logistik nasional. Dengan mengusung visi keberlanjutan dan efisiensi, PTP Cabang Teluk Bayur terus berinovasi untuk menjadi pelabuhan hijau (green port) dan meningkatkan kualitas layanan, produktivitas, dan kinerja.
PTP Nonpetikemas terus menciptakan lingkungan operasi yang aman serta berkelanjutan dengan menerapkan standar ISO 14001 dan ESG (Environment, Social & Governance).
Beberapa langkah konkret dilakukan seperti pengembangan infrastruktur ramah lingkungan melalui penggunaan energi terbarukan dan peningkatan sistem pengelolaan limbah, efisiensi energi dengan elektrifikasi operasional seperti crane dan kendaraan listrik. Selain itu juga pengelolaan emisi dan polusi dilakukan dengan dukungan pemerintah, masyarakat, dan mitra bisnis.
Branch Manager PTP Cabang Teluk Bayur, Fauzi, mengatakan dalam upaya green port, Pelabuhan Teluk Bayur telah mengadopsi teknologi ramah lingkungan yang salah satunya adalah sistem elektrifikasi alat-alat operasional. Pelabuhan Teluk Bayur, juga telah menggunakan oil boom dalam setiap kegiatan bongkar muat curah cair untuk meminimalkan risiko kebocoran sehingga mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini tentunya mampu meningkatkan rasa aman dan kepercayaan pengguna jasa.
Fauzi, menegaskan komitmennya dalam mendukung implementasi greenport. “Salah satu wujud komitmen kami dalam implementasi greenport dengan elektrifikasi alat bongkar muat seperti Gantry Jib Crane sehingga dapat menekan biaya operasional konsumsi BBM hingga 25% dan mengurangi tingkat kebisingan serta polusi udara,” terang Fauzi.
Selain komitmennya dalam mengaplikasikan greenport, PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur juga telah berhasil meningkatkan produktivitas dan kinerjanya. Pelabuhan Teluk Bayur saat ini merupakan salah satu Pelabuhan utama di Indonesia dalam penanganan komoditas curah cair, terutama minyak kelapa sawit (CPO). Kapasitas penanganannya mencapai 3,2 juta ton per tahun, menjadikannya sebagai pelabuhan terbesar kedua setelah Dumai. Selain CPO, komoditas lain seperti cangkang dan bungkil juga diekspor ke Korea, Jepang, dan New Zealand melalui pelabuhan ini.
PTP Teluk Bayur berhasil menorehkan capaian penting dalam upaya meningkatkan efisiensi layanan pelabuhan. Pelabuhan mengimplementasikan sistem operasi Pelabuhan nonpetikemas terintegrasi yang disebut PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose) / PTOS-M yang memudahkan sistem monitoring kegiatan bongkar muat. PTOS-M menjadi bagian dari proses transformasi dan standardisasi yang salah satu dampaknya adalah peningkatan kinerja produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) dan penurunan port stay yang signifikan.
Sampai dengan Triwulan III Tahun 2024, PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur telah mencatat peningkatan kinerja produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) seperti pada komoditas curah kering, yaitu dari 1.999 T/S/D menjadi 2.604 T/S/D atau peningkatan kecepatan layanan di pelabuhan 30%. Selain itu, terjadi penurunan port stay atau waktu durasi sebuah kapal berada di pelabuhan. Waktu tunggu kapal di pelabuhan ini berhasil diturunkan dari rata-rata 3 hari menjadi 2 hari, yang berarti peningkatan efisiensi biaya di Pelabuhan bagi pengguna jasa hingga 33%.
Penurunan waktu tunggu ini merupakan hasil dari penerapan sistem dan standardisasi baru yang mendukung kelancaran proses bongkar muat, sekaligus mengurangi hambatan operasional. Dengan berkurangnya waktu tunggu, para pengguna jasa pelabuhan dapat menikmati manfaat efisiensi biaya operasional. Kapal yang dapat lebih cepat dilayani akan menurunkan biaya logistik dan mempercepat pengiriman barang.
Menurut Fauzi, efisiensi waktu tunggu kapal menjadi salah satu prioritas utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan. “Peningkatan ini kami capai dengan menerapkan standar dan sistem yang mampu memperlancar operasional di lapangan. Kami optimis bahwa langkah ini akan meningkatkan daya saing PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur, baik di kancah nasional maupun internasional,” ungkapnya.
Kinerja hingga Triwulan III 2024 mencatat trafik komoditas General & Bag Cargo dengan realisasi throughput sebesar 489.000 ton/m³. Komoditas curah kering tercatat sebesar 1.480.000 ton dan komoditas curah cair mencapai realisasi throughput sebesar 2.066.000 ton. PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur memiliki fasilitas dermaga sepanjang 917,3m dan fasilitas lapangan penumpukan seluas 36.341 m2 melayani berbagai macam kargo seperti curah cair (berupa CPO, Aspal), curah kering (berupa Batubara, Cangkang, Bungkil, Pupuk, Jagung, Kedelai, Gypsum dan Copper Slag), dan bag cargo (berupa semen dan pupuk).
Keberhasilan Pelabuhan Teluk Bayur sebagai pintu gerbang perekonomian Sumatera Barat tidak terlepas dari dukungan pemerintah dan stakeholder lainnya. Pelabuhan Teluk Bayur berkomitmen untuk menjadi pelabuhan yang lebih aman, nyaman, dan berkelanjutan, mendukung pertumbuhan ekonomi regional serta menjaga kelestarian lingkungan.
“Kami berkolaborasi dengan pemerintah Sumatera Barat, perusahaan bongkar muat, dan pemilik barang untuk menyusun roadmap kerjasama yang optimal, termasuk penataan masyarakat sekitar pelabuhan, Kami berkomitmen mengoptimalkan layanan di PTP Teluk Bayur agar memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat rantai pasok dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional” terangnya.
SM Sekretaris Perusahaan PTP Nonpetikemas Fiona Sari Utami turut menegaskan komitmen perusahaan dalam transformasi ini. “Transformasi yang dilakukan PTP Nonpetikemas tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga untuk memperkuat daya saing di tingkat nasional dan internasional. Kami berkomitmen untuk menghadirkan pelayanan yang lebih baik melalui peningkatan pelayanan jasa bongkar muat nonpetikemas,” ungkap Fiona.(*)