Brandan Barat – Sedikitnya, 10.000 pohon mangrove (bakau) ditanam oleh PT PLN UPT Medan di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Langkat, Sumatera Utara, Kamis (13/7/2023) siang. Penanaman pohon ini digelar dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, sebagai upaya untuk memulihkan hutan bakau di kawasan tersebut.
Pada kesempatan itu, Manajer PT PLN (Persero) UPT Medan Syafrizal menuturkan, kegiatan tersebut merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk menjaga lingkungan, terutama bagi hutan mangrove yang ada di wilayah kerja UPT Medan.
“Hari ini kita menggelar kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Kita menyerahkan dan menanam 10.000 pohon mangrove bersama kelompok tani hutan,” tutur Syafrizal.
“Kita memilih Desa Lubuk Kertang ini, karena memiliki kelompok tani yang fokus dan komit dalam menjaga lingkungan, terutama menjaga kelestarian hutan mangrove di desanya. Melalui kegiatan ini, diharapkan ekosistem di kawasan hutan mangrove di Desa Lubuk Kertang bisa tetap terjaga dan kita sama-sama berharap PT PLN (Persero) UPT Medan dapat terus konsisten melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan,” terang Syafrizal.
Pada kesempatan yang sama, Rohman, Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Lestari Mangrove menuturkan, kawasan tersebut sempat dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit. Bersama warga sekitar, Rohman kemudian berjuang untuk merebut kembali kawasan tersebut.
“Dulunya kawasan ini sangat asri dan asli hutan mangrove. Namun setelah dikuasai pengusaha perkebunan, nelayan tradisional tidak bisa mencari nafkah di areal ini. Karena pada waktu itu, hutan mangorve seluas 1.200 hektar di kawasan ini sudah porak poranda,” beber Rohman.
Pada akhir tahun 2009 silam, kata Rohman, ia dan sekelompok orang di sana mulai merestorasi hutan mangrove tersebut. Saat itu hingga tahun 2013, kelompok yang dipimpin Rohman berhasil merestorasi hutan mangrove seluas 700 hektar.
Dalam luasan lahan yang berhasil dihijaukan itu, setidaknya Rohman dan komunitasnya telah menaman 3.000.683 batang tanaman Ryzophora tersebut. Tapi, perambah di sana seperti hama yang tak pernah berhenti mencuri batang mangrove untuk bahan baku arang.
Sejak tahun 2020 hingga kini, aktivitas perambahan mangrove di kawasan itu kian meraja rela. Mafia pencuri mangrove menebangi tanaman Ryzophora itu di tengah – tengah kawasan hutan. Perusakan hutan yang dikelola Rohman dan kelompoknya itu, dilakukan 24 jam dalam sehari tanpa henti.
Targetnya, tanaman mangrove berdiameter 3 hingga 4 inci ditebangi perambah untuk membuat arang. Bahkan, sudah puluhan perambah yang ditangkap Rohman dan komunitasnya. Namun hal itu tak membuat perambah jera, justru mereka makin meraja rela mencuri mangrove di kawawan itu.
“Kami tidak memungut hasil kayu mangrove. Tapi dengan asrinya hutan ini, hasil biota laut sangat luar biasa dan dapat menghidupi nelayan di sini. Kami berharap, agar Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dapat menghentikan perambah di kawasan hutan ini,” harap Rohman. (Ahmad)